Rdzkday
5 min readJul 8, 2021

--

Tentang Bagaimana Mencapai Puncak

Hallo! Akhir-akhir ini saya tepikir mengenai banyak hal. Fluktuasi dan pengalaman berharga saya selama setahun terakhir berkontribusi terhadap berbagai pikiran-pikiran tersebut. Banyak diantaranya yang terpengaruh oleh orang-orang keren dan pengalaman-pengalaman menarik yang saya alami sendiri. Kali ini saya ingin menuangkan salah satu pikiran saya mengenai sharing. Loh apa kaitannya dengan judul yang kepuncak-puncakan? Hmm ini akan jadi analogi yang saya gunakan, jadi mari kita jabarkan.

Pernah liat grafik seperti ini? saya pernah namun karena ga nemu model grafik yang pernah saya liat sebelumnya yaudah lah ya ini aja ya. Jadi penjelasannya kurang lebih adalah kita tuh biasanya, apalagi di umur-umur segini masih berada ditengah. Kita belum atau jarang sekali yang udah berada di tingkat expertise tinggi sehingga layak disebut expert. Diantaranya juga karena akan selalu ada orang yang diatas kita atau bahkan jauh diatas kita dalam memahami sebuah bidang. Namun tentu kita juga tidak berada dibawah banget. Sudah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun kita mendalami bidang kita saat ini bukan? Jadi setidaknya kita sudah cukup tau apa yang sedang kita jalani.

Disini saya berbicara tentang bidang yang sedang dan mau kita dalami ya, bukan bidang yang kita jalani karena keterpaksaan. Karena alasan ekonomi semata misalnya, karena tanpa motivasi yang kuat saya meragukan kita bisa benar-benar menjadi expert di bidang tersebut.

Ini grafik sudut pandang lain mengenai hal tersebut. Anggaplah semakin kekanan masa seseorang itu semakin ahli. Makin terlihat jika kebanyakan orang, termasuk kita sebenarnya ya masih tengah saja. Tidak terlalu bodoh, tapi juga tidak terlalu pintar. Lantas hubungannya dengan puncak yang tertulis di judul apa? Mari kita jabarkan.

Ditengah kegundah-gulanaan saya beberapa bulan lalu, saya berbincang dengan seorang yang buka sesi ngobrol bareng, mas catra namanya. Saya curcol perihal karir dan hendak “mencuri” resep karirnya. Satu dialog yang cukup membekas di diri saya kurang lebih berupa:

“Akan selalu ada orang yang lebih tidak mengerti daripada kita, jadi kita bisa mulai berbagi apa yang kita ketahui kapan saja” ‘

Dari situ saya merefleksi beberapa pengalaman-pengalaman lain, seperti ketika bergabung dengan sebuah grup untuk berbagi ilmu. Saya sempat bertanya, kenapa tidak sekalian bergabung dengan grup besar yang sudah ada cukup expertise didalamnya? Toh mereka akan dapat sharing ilmu yang luar biasa berdasar pengalaman dan keahlian yang jelas. Jawabannya lebih kurang adalah mereka merasa sering kali topiknya kurang relevan atau masih terlalu tinggi bagi mereka, sehingga sulit dipahami konteksnya.

Dari situ saya merasa relevan dengan kondisi tersebut. Saya pernah berada disuatu tempat dimana ada seseorang yang selalu berkata terkait helicopter view dan bagaimana melihat dari atas sangat penting. Namun disisi lain mengabaikan masalah mendasar yang dikeluhkan orang-orang yang ada di pondasinya.

Mari saya umpamakan dengan gunung. Ketika kita terbiasa hidup di daerah pegunungan, sebut saja Desa Sembungan di dekat Bukit Sikunir, dieng. Kita akan selalu merasakan kesejukan lebih, kita bahkan mungkin lupa panasnya matahari. Sementara mereka yang hidup di pesisir, akan merasakan sehari-harinya panas dan tidak tau dinginnya udara di ketinggian.

Anggap lah bidang atau karir yang ingin kita dalami sebagai sebuah puncak, (sering disebut puncak karir kan ya?) semakin tinggi (puncak) maka semakin ahli kita di bidang tersebut. Sementara itu rata-rata orang memulai pendakian tersebut dari dasar atau dari bawah, dari daerah pesisir.

Ketika orang yang tinggal di puncak memberi gambaran puncak itu dingin, terdapat hujan ekstrim pada orang di pesisir, mestilah orang-orang yang berada di pesisir membayangkannya sebagai badai yang membawa rob di siang bolong yang panas. Sementara maksud orang yang tinggal di desa sembungan tadi adalah hujan es yang jatuh perlahan namun suasananya jadi begitu dingin, tidak ada angin kencang, tidak ada suara suara perahu berbenturan, hanya dingin yang begitu menggigit. Ya, di bulan tertentu ada hujan salju loh di dieng.

Orang yang tinggal diatas sudah sangat familiar dengan kondisinya, yang tentu berbeda dengan kondisi orang yang masih ada di bawah. Begitupun dengan keilmuan. Ketika kita sudah terbiasa dengan jargon-jargon luas yang kita pahami, terkadang kita lupa atau kesulitan untuk menerjemahkannya menjadi bahasa yang lebih mudah dimengerti bagi mereka yang baru mendalami bidang tersebut. Sementara ketika mengobrol dengan mereka yang sedang dalam proses “pendakian” biasanya lebih mudah menerjemahkan jargon-jargon tersebut ke mereka yang masih awam.

Seperti contohnya lagi setelah merasai dinginnya puncak gunung lawu, kamu memberitahu teman jika di sana dingin, alhasil orang yang baru mau mendaki pertama kali tersebut memakai jaket sejak awal berangkat, yang mana karena di kota solo masih cukup panas, ia jadi keringetan dan jaketnya menjadi basah duluan yang mana kurang baik untuk dikenakan ketika dingin. Akan berbeda ceritanya jika kamu ikut bersama dalam pendakian tersebut dan memberitahunya jika cukup dibawa dulu, nanti dikenakannya setelah pos ketiga misalnya.

Karenanya sebelum saya menjadi lupa bagaimana hangatnya panas matahari di pesisir saya ingin mengajak sebanyak mungkin orang-orang yang tertarik untuk menggapai puncak yang sama dalam perjalanan saya keatas. Bukan hanya mengejar sunrise dipuncak untuk menceritakannya ketika sudah turun kembali, tapi juga menarik orang-orang lain untuk ikut dalam perjalanan saya keatas. Saya berharap saya dapat menjadi seorang expert, namun saya juga berharap saya dapat “membawa” banyak orang lain yang tertarik dengan jalur pendakian yang sedang saya tempuh. Sehingga akan jadi pundi-pundi jejaring dikemudian hari, sebelum saya terlalu tinggi untuk menyetuh mereka yang ada di dasar sesuai dengan konteks yang dialaminya.

Akhir kata, tidak ada waktu yang salah untuk berbagi, namun jika kita dapat berbagi dengan mengetahui lebih sudut pandang orang yang kita bagi, alangkah menyenangkan rasanya. Namun tidak dapat dipungkiri, kita terkadang lupa keadaan pesisir ketika sudah terlalu lama di puncak. Karenanya mari cari downline sebanyak-banyaknya mulai dari sekarang! *n.b bukan mlm loh ya.

Psst, selain itu bebagi dengan orang yang tingkatannya tidak jauh berbeda dengan kita akan memotivasi kita juga untuk lebih cepat melangkah, agar tidak balik tertinggal (setidaknya bagi saya). Namun tidak menutup kemungkinan, orang yang hari ini medapat pencerahan dari kita, menjadi orang yang mencerahkan kita dikemudian hari. Jadi sekali lagi, mari berbagi!

--

--